BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas di konfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten, Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong.
Dikabupaten Sintang, dari hasil pengambilan sempel yang dilakukan secara acak oleh Dinas Peternakan diperoleh 19 sampel yang kemudian dikirim ke Pontianak.Dari 19 saempel tersebut,8 diantaranya dinyatakan positif Flu Burung (H5N1). Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat mewaspadai adanya penyakit flu burung, namun tidak perlu sampai timbul kepanikan.
B. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Tujuan umum.
Diharapkan setelah mendengarkan penyuluhan kesehatan siswa/I SMAN 3 Sintang dapat memahami tentang ” Flu Burung ”.
2. Tujuan khusus
Diharapkan kepada siswa/I SMAN 3 Sintang dapat memahami:
a. Pengertian Flu Burung
b. Sifat Virus Flu Burung
c. Cara Penularan
d. Masa Inkubasi
e. Tanda dan Gejala
f. Pencegahan dan Pemberantasan
g. Pengobatan
C. METODE DAN TEKHNIK PENYUSUNAN
Metode dan tekhnik penyusunan pada makalah ini dengan menggunakan teknik kajian pustaka.
D. RUANG LINGKUP PENYUSUNAN
Dalam makalah ini kami membahas tentang pengertian flu burung, ciri-ciri unggas terinfeksi, sifat virus flu burung, cara penularan, masa inkubasi, tanda dan gejala, pencegahan dan pemberantasan, dan pengobatan.
E. SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN yang meliputi : latar belakang, tujuan penyusunan, metode, dan tekhnik penyusunan, ruang lingkup penyusunan, dan sistematika penyusunan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS, yang meliputi: pengertian flu burung, ciri-ciri unggas terinfeksi, sifat virus flu burung, cara penularan, masa inkubasi, tanda dan gejala, pencegahan dan pemberantasan, dan pengobatan. BAB III : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Avian influenza (flu burung) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae tipe A sub tipe H5N1, umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas.
Flu Burung adalah virus yang hidup di kotoran, ludah dan darah unggas. Manusia dapat tertular penyakit Flu Burung dari unggas yang memiliki virusnya. Kebanyakan orang yang terkena Flu Burung karena mereka bersentuhan dengan unggas yang sakit (membersihkan bulu unggas, memotong unggas, anak-anak bermain di dekat unggas yang sakit atau mati).
Influenza A (H5N1) adalah bagian dari jenis virus influenza tipe A. Burung-burung liar adalah tempat tinggal alami dari virus ini, maka dinamakan flu burung atau “avian influenza”. Virus ini beredar diantara burung-burung di seluruh dunia. Virus ini sangat mudah berjangkit dan dapat menjadi sangat mematikan bagi mereka, terutama pada unggas jinak misalnya ayam.
Virus ini disebarkan oleh unggas liar, karena itulah dinamakan flu avian atau flu burung. Virus tersebut menyebar pada unggas hampir diseluruh dunia, sangat menular terhadap sesama unggas dan mematikan, terutama jenis unggas seperti ayam.
B. Sifat Virus Flu Burung
Virus H5N1 Virus jenis H5N1 dikenal sebagai virus flu burung yang paling membahayakan yang telah menginfeksi baik manusia ataupun hewan. Virus yang juga dikenal dengan A(H5N1) ini merupakan virus epizootic (penyebab epidemik di mahluk non manusia) dan juga panzootic (yang dapat menginfeksi binatang dari berbagai spesies dari area yang sangat luas. Virus HPAI A (H5N1) pertama kali diketahui membunuh sekawanan ayam di Skotlandia pada tahun 1959, namun virus yang muncul pada saat itu sangat berbeda dengan virus H5N1 pada saat ini. Jenis dominan dari virus H5N1 yang muncul pada tahun 2004 berevolusi dari virus yang muncul pada tahun 2002 yang menciptakan gen tipe Z
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 2 terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
C. Cara Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia dan menular melalui makanan.
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga. Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan. Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya.
D. Masa Inkubasi
- Pada Unggas : 1 minggu
- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
E. Tanda dan Gejala
Tanda & gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas.
- Jengger berwarna biru
- Borok dikaki
- Kematian mendadak
b. Gejala pada manusia.
- Demam (suhu badan diatas 38o C)
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
- Infeksi mata
- Nyeri otot
F. Pencegahan
a. Pada Unggas:
1. Pemusnahan unggas / burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
b. Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
· Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
· Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu
· burung.
· Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
· Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
· Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
· Imunisasi.
· Gunaknlah penutup mulut dan hidung, sarung tangan, dan sepatu boot apabila memasuki daerah yang telah terjangkiti atau sedang terjangkit virus flu burung.
· Amati dengan teliti kesehatan anda apabila telah melakukan kontak dengan unggas/burung. Segeralah cari perhatian medis apabila timbul gejala-gejala demam, infeksi mata, dan/atau kesulitan bernafas.
· Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun dan laporkan ke kepala desa.
· Cuci pakai sabun tangan dan juga peralatan masak Anda sebelum makan atau memasak. Masak ayam dan telur ayam sampai matang.
· Pisahkan unggas dari manusia. Dan juga pisahkan unggas baru dari unggas lama selama dua minggu.
· Periksakan ke puskesmas jika mengalami gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.
2. Masyarakat umum
· Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
· Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
o Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
o Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
· Menjaga kebersihan lingkungan (khususnya kadang unggas dan burung).
· Menjaga kebersihan diri (cuci tangan dengan sabun).
· Menjauhkan kandang unggas dan burung (ayam, itik dan burung) dari rumah/tempat tinggal.
· Gunakan penutup hidung dan sarung tangan bila akan mengolah tanaman dengan pupuk kandang.
· Jangan membuang kotoran (jeroan, bulu ayam, dll.) sembarangan, bungkuslah dengan plastik dan buang di tempat sampah.
· Bersihkan makanan ternak/burung yang terccer di tanah/lantai, agar tidak mengundang burung liar datang.
G. Pengobatan dan Pemberantasan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
Tamiflu yang mengandung oseltamivir adalah suatu cara pengobatan antiviral, yang terbukti dapat menekan kemampuan virus untuk menyebar dari sel yang terinfeksi ke sel yang sehat. Sampai dengan 7 Oktober 2005, Indonesia telah mendapatkan 60.000 tablet Tamiflu. Saat ini antiviral tersebut hanya bisa didapatkan di 44 rumah sakit penerima Tamiflu. Di Bali bisa didapatkan di Rumah Sakit Sanglah. Petunjuk pengelolaan flu burung saat ini menyarankan bahwa oseltamivir dianjurkan bagi orang dengan:
· Demam tinggi (>38°C)
· Batuk
· Kesulitan bernafas
· Memiliki latar belakang kemungkinan terkena
Yang mungkin akan membuat orang tersebut beresiko menjadi terinfeksi oleh flu burung, antara lain:
· Selama 7 hari sebelum terkena, telah mengalami salah satu atau lebih dari keadaan berikut ini:
· Kontak (dalam jarak 1 meter atau kurang) dengan dengan ternak unggas atau burung liar baik hidup atau mati
· Berada pada tempat dimana ternak unggas pernah atau sedang dikandangkan selama 6 minggu sebelumnya
· Berhubungan (dalam jarak jangkauan sentuhan atau percakapan) dengan orang yang didiagnosa menderita influenza A (H5N1)
· Berhubungan (dalam jarak jangkauan sentuhan atau percakapan) dengan orang yang menderita penyakit pernafasan akut yang tidak dapat dijelaskan yang kemudian berakhir pada kematian
· (atau) Selama 7 hari sebelum terkena, pernah bekerja dalam suatu laboratorium dimana ada pengolahan contoh dari orang atau binatang yang dicurigai menderita penyakit flu burung.
( Patokan di atas hanya berlaku di negara-negara atau daerah-daerah dimana flu burung telah dikenali sebagai penyebab penyakit pada manusia atau populasi hewan ). Sejauh ini, tamiflu hanya diberikan pada orang yang mengalami gejala terinfeksi flu burung. Tamiflu belum disarankan sebagai pencegah penyakit sebelum terinfeksi dan tidak ada penelitian yang memperlihatkan bahwa tamiflu memberikan kekebalan terhadap virus H5N1.
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, Departemen Kesehatan mengambil beberapa tindakan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan Investigasi pada pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di
beberapa daerah KLB flu burung pada ayam di Indonesia (untuk mengetahui
infeksi flu burung pada manusia)
b.Melakukan monitoring secara ketat terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan orang yang diduga terkena flu burung. hingga terlewati dua kali masa inkubasi yaitu 14 hari.
c. Menyiapkan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menyiapkan ruangan
observasi terhadap pasien yang dicurigai mengidap Avian Influenza.
d. Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten serta membentuk POSKO di Ditjen PP & PL dengan nomor telepon/fax: (021) 425 7125
e.Menginstruksikan kepada Gubernur pemerintah propinsi untuk meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing-masing
f. Meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun jejaring kerja dengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat tetap waspada dan tidak panik
g. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan departemen pertanian dan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan flu burung
h. mengumpulkan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko
untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari Depkes, Deptan dan WHO.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1. Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan.
Makna penting peranan virus influensa unggas (AI) yang sangat patogen terhadap wabah yang menghancurkan peternakan unggas secara nyata makin meningkat dalam sepuluh tahun terakhir ini. Bangkitnya virus-virus AI subtipe H5 dan H7 yang berpatogenisitas rendah (LP, low pathogenicity) dari tempat penampungannya dalam unggas liar telah menjadi dasar dari proses ini. Masih harus diteliti apakah benar, dan mengapa, prevalensi virus H5 dan H7 dalam tempat penampungnya telah berubah. Dalam hal status endemik dari H5N1 garis Asia yang berpatogenisitas tinggi (HPAI) dalam populasi unggas ternak di Asia Tenggara, yang juga sering telah menyebabkan tertularinga unggas berpindah, sudah saatnya ditinjau kembali paradigma epidemiologi dan endemisitas dalam populasi unggas berpindah. Wabah ini dapat menimnbulkan kerugian besar terhadap industri ternak unggas dalam skala lintas benua. Risiko paparan pada manusia secara langsung berhubungan dengan meningkatnya kehadiran virus yang berpotensi menular dari hewan ke manusia dalam unggas ternak.
B. SARAN
Apa yang dapat diperbuat untuk pencegahan flu burung di lingkungan rumah?
· Menjaga kebersihan lingkungan (khususnya kadang unggas dan burung).
· Menjaga kebersihan diri (cuci tangan dengan sabun)
· Menjauhkan kandang unggas dan burung (ayam, itik dan burung) dari rumah/tempat tinggal.
· Gunakan penutup hidung dan sarung tangan bila akan mengolah tanaman dengan pupuk kandang.
· Jangan membuang kotoran (jeroan, bulu ayam, dll.) sembarangan, bungkuslah dengan plastik dan buang di tempat sampah.
· Bersihkan makanan ternak/burung yang terccer di tanah/lantai, agar tidak mengundang burung liar datang.
· Rajin cuci tangan dengan sapun atau cairan antiseptik setelah menangani unggas/burung.
· Bersihlah permukaan dengan detergen, cairan alkohol (70%) atau pemutih/khlorin (0.5%).
· Gunaknlah penutup mulut dan hidung, sarung tangan, dan sepatu boot apabila memasuki daerah yang telah terjangkiti atau sedang terjangkit virus flu burung.
· Amati dengan teliti kesehatan anda apabila telah melakukan kontak dengan unggas/burung. Segeralah cari perhatian medis apabila timbul gejala-gejala demam, infeksi mata, dan/atau kesulitan bernafas.
· Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun dan laporkan ke kepala desa.
· Cuci pakai sabun tangan dan juga peralatan masak Anda sebelum makan atau memasak. Masak ayam dan telur ayam sampai matang.
· Pisahkan unggas dari manusia. Dan juga pisahkan unggas baru dari unggas lama selama dua minggu.
· Periksakan ke puskesmas jika mengalami gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/avianflu_htm, 2006, Avian Influenza A Virus
www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/facs.htm, 2006, Avian Influenza Virus in Poultry
Haryono, 2005, Penanggulangan Avian Influenza dan Kondisi Terkini, Seminar AI 2005
Anonim, 2005, Gejala Klinis Flu Burung, leaflet, Departemen Pertanian RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar