HIPOVOLEMIA
Hipovolemia adalah penipisan volume cairan
ekstraseluler (CES). Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena penurunan masukan, kehilangan cairan yang
abnormal melalui kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dan perdarahan.
Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai dengan
ketidak seimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan (CES) berat
dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia
adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan
frekwensi jantung, inotropik [kontraksi jantung] dan tahanan vaskuler), rasa
haus, pelepasan hormon antideuritik [ADH], dan pelepasan aldosteron. Kondisi
hipovolemia yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Pengkajian
1.
Tanda
dan gejala :
pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan
mental, konstipasi, oliguria.
2.
Pengkajian
Fisik :
penurunan tekanan darah (TD), khususnya bila berdiri (hipotensi ortostatik);
peningkatan frekwensi jantung (FJ); turgor kulit buruk; lidah kering dan kasar;
mata cekung; vena leher kempes; peningkatan suhu dan penurunan berat badan
akut. Bayi dan anak-anak : penurunan air mata, depresi fontanel anterior.
Pada pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan haus; hipotensi terlentang dan oliguria.
Pada pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan haus; hipotensi terlentang dan oliguria.
3.
Pengukuran
hemodinamik : Penurunan CVP, penurunan tekanan arteri
pulmoner (TAP), penurunan curah jantung (CJ), penurunan tekanan arteri rerata
(TAR), peningkatan tekanan vascular sistemik (TVS).
4.
Riwayat
dan faktor-faktor risiko :
§Kehilangan
GI abnormal : muntah, penghisapan NG, diare, drainase intestinal
§Kehilangan
kulit abnormal : diaforesis berlebihan sekunder terhadap demam atau latihan,
luka bakar, fibrosis sistik
§
Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretik, diabetes insipidus, diuresis
osmotik (bentuk poliurik), insufisiensi adrenal, diuresis osmotik (DM
takterkontrol, pasca penggunaan zat kontras
§Spasium
ketiga atau perpindahan cairan plasma ke interstisial : peritonitis, obtruksi
usus, luka bakar, acites
§Hemoragi
§Perubahan
masukan : koma, kekurangan cairan.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Nitrogen
urea darah (BUN) : Mungkin meningkat karena dehidrasi,
penurunan perfusi ginjal, atau panurunan fungsi ginjal.
2.
Hematokrit
:
Peningkatan pada dehidrasi ; penurunan dalam perdarahan.
3.
Elektrolit
serum : Tergantung pada jenis kehilangan cairan. Hipokalemia
terjadi pada kehilangan GI atau ginjal abnormal. Hiperkalemia terjadi pada
insufisiensi ginjal. Hipernatermia dapat terlihat pada peningkatan kehilangan
takkasatmata ataukehilangan keringat dan diabetes insidipus. Hiponatermia dapat
terjadi pada kehilangan jenis hipovolemia karena peningkatan haus dan pelepasan
ADH,, yang menimbulkan peningkatan masukan dan retensi air, dengan demikian
mengencerkan natrium serum.
4.
CO2
total serum (juga diketahui sebagai kandungan CO2) : Menurun
pada asidosis metabolic dan meningkat pada alkalosis metabolic.
5.
Gas
darah arteri (nilai GDA) : asidosis metabolik (pH <7,35 dan
HCO3 <22 mEq/L) dapat terjadi pada kehilangan GI bagian bawah,
syok, atau ketoasidosis diabetik. Alkalosis metabolik (pH >7,45 dan HCO3
>26 mEq/L) dapat terjadi pada kehilangan GI atau terapi diuretik.
6.
Berat
jenis urine : peningkatan karena upaya ginjal untuk
menghemat air; dapat menetap kira-kira 1,010 pada penyakit ginjal; akan menurun
pada diabetes insipidus.
7.
Natrium
urine : menunjukan kemampuan ginjal untuk menyimpan natrium
dalam respons terhadap peningkatan kadar aldosteron, pada takadanya penyakit
ginjal, dieresis osmotik, atau terapi diuretik, ini harus <10-20 mEq/L
8. Osmolalitas serum : Tergantung
pada jenis kehilangan cairan dan kemampuan tubuh untuk mengkompensasi haus dan
ADH.
Penatalaksanaan Kolaboratif
1.
Pemulihan volume cairan normal dan
koreksi gangguan penyerta asam-basa dan elektrolit.Jenis penggantian cairan
tergantung pada jenis kehilangan cairan dan beratnya kekurangan elektrolit
serum, osmolalitas serum, status asam-basa
§ Dekstrosa
dan air : memberikan hanya air bebas
dan akan di distribusikan dengan merata keseluruh CIS dan CES; digunkan untuk
hanya mengatasi kekurangan cairan tubuh total.
§ Normal salin isotonik : Hanya
memperbanyak CES; tidak masuk CIS. Biasanya digunakan sebagai penambahan volume
intrasesular atau untuk menggantikan kehilangan abnormal.
§ Darah dan komponen darah
: Hanya memperbanyak bagian intravascular CES.
§ Larutan elektroli/salin campuran
: Memberikan tambahan elektrolit (Mis., Kalium dan Kalsium) dan buffer (Laktat
atau Asetat). Biasanya, larutan hipotonik digunakan sebagai cairan pengganti
karena kebanyakan kehilangan cairan abnormal adalah isotonik.
Cairan harus diberikan dengan cukup
cepat dan pada kuantitas yang cukup untuk mempertahankan perfusi jaringan
adekuat tanpa kelebihan beban system kardiovaskular. Fungsi dasar
kardiovaskular dan ginjal pasien menentukan seberapa baik ia mentoleransi
penggantian cairan. Sehingga kecepatan pemberian cairan harus didasarkan pada
beratnya kehilangan dan respon hemodinamik individu terhadap penggantian
cairan. Selama penambahan cairan, volume cairan diberikan pada kecepatan khusus
dan interval serta respon hemodinamik pasien dipantau dan didokumentasikan.
Parameter hemodinamik dapat diresepkan oleh dokter atau, tergantung pada
kebijakan pelayanan, ditentukan oleh protokol penambahan cairan. Penambahan
cairan khusus termasuk langkah berikut :
- Pengukuran tanda vital (TV) dasar, hemodinamik (mis., CVP,TAP,dan CJ) dan data klinis (mis., bunyi napas, warna kulit, dan suhu, dan sensorium).
- Pemberian volume cairan awal sesuai program atau per protokol (mis., 100-200 ml SN lebih dari 10 menit).
- Pesien dikaji kembali setelah 10 menit.
- Bila pasien tetap menunjukan tanda hipovolemia (mis., CVP dan TAP tetap rendah), tambahan cairan dapat juga diberikan per instruksi dokter atau protokol pelayanan.
- Bila CVP dan TAP meningkat terlalu cepat (mis., >2 mm Hg untuk CVP atau >3 m Hg untuk TAP), pemberian cairan dihentikan dan pasien dikaji ulang setelah 10 menit. Bila setelah 10 menit CVP atau TAP turun dan pasien tidak menujukkan tanda-tanda kelebihan bebna cairan, pemberian cairan dapat dilanjutkan.
- Pemberian cairan dilanjutkan sampai parameter hemodinamik yang diinginkan tercapai atau volume khusus telah di infuskan (mis., 500-1000 ml). Penambahan cairan harus dihentikan bila pasien menujukkan tanda kelebihan volume cairan (mis., krakles [rales], peningkatan FJ, peningkatan frekuensi pernapasan [FP] atau terdapat peningatan cepat pada CVP dan TAP.
2.
Perbaikan perfusi jaringan pada syok
hipovolemik. Potensial terhadap perkembangan syok tergantung pada kehilanagn
volume (biasanya lebih besar dari pada 25% dari volume intravascular) dan
kecepatan kehilangan. Selanjutnya,keberhasilan tindakan tergantung pada
penggantian volume cepat. Pada awlanya, syok hemoragi diatasi dengan larutan
elektrolit isotonic, dan SDM kemasan diberikan sejalan dengan penurunan
hematokrit.
3.
Rehidrasi orak pada diare pediatrik.
4. Tindakan
terhadpa penyebab dasar.
Diagnosa
1.
Defisit
volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
tubuh atau penurunan masukan.
Hasil
yang diharapkan: pasien memenuhi mamsukan cairan dan
elektrolit adekuat dibuktikan oleh haluran urine ≥30 ml/jam, berat badan
stabil, berat jenis 1,010-1,030, tak ada tanda klinis hipovolemia (lidah
kering, dll.), TD dalam batas normal pasien, CVP 2-6 mm Hg, dan FJ 60-100 dpm.
Natrium serum 137-147 mEq/L dan hematokrit; BUN dalam batas normal pasien.
Untuk pasien dalam perawatan kritis berikut ini dicapai :TAP 20-30/8-15 mm Hg
dan CJ 4-7 L/mnt.
2.
Perubahan
perfusi serebral, ginjal dan perifer yang berhubungan
dengan hipovolemia.
Hasil
yang diharapkan : pasien mempunyai perfusi yang adekuat
dibuktikan dengan kesadaran, kulit hangat dan kering, TD dalam batas normal
pasien,FJ <100 denyut permenit (DPM)keluaran urine ≥30 ml/jam selama 2 jam
berturut-turut, pengisian kapiler <2 detik, dan nadi perifer >2+
pada skala 0-4+.
Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga
Beri pasien dan orang terdekat intruksi verbal dan
tertulis tentang hal berikut :
1.
Tanda dan gejala hipovolemia
2.
Pentingnya mempertahankan masukan yang
adekuat, khususnya pada anak kecil dan lansia, yang lebih mungkin untuk terjadi
dehidrasi.
3. Obat-obatan
: nama, tujuan, dosis, frekuensi, kewaspadaan, dan potensial efek samping.
HIPERVOLEMIA
Hipervolemia
adalah penambahan / kelebihan volume (CES). Hipervolemia ini dapat terjadi jika
terdapat :
1.
Stimulus
kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
2.
Fungsi
ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
3.
Kelebihan
pemberian cairan intra vena (IV)
4. Perpindahan cairan interstisial ke
plasma
Hipervolemia
dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien
dengan disfungsi kardiovaskuler. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hiperlemia adalah berupa pelepasan peptida natriuretik atrium (PNA),
menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan
penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisis
elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai
hipervolemia.
Pengkajian
1.
Tanda
dan gejala : sesak nafas, ortopnea.
2.
Pengkajian fisik : Oedema, peningkatan berat badan,
peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles
(rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab, takikardia, irama
gallop.
3.
Pengukuran
hemodinamik : peningkatan CVP, TAP, dan TAR.
4.
Riwayat dan faktor-faktor resiko
- Retensi natrium dan air : gagal jantung, sirosis, sindrom nefrotik, kelebihan pemberian glukokortikosteroid
- Fungsi ginjal abnormal : gagal ginjal akut atau kronis dengan oliguria
- Kelebihan pemberian cairan intravena (IV)
- Perpindahan cairan intertisial ke plasma : remobilisasi cairan setelah pengobatan luka bakar, kelebihan pemberian larutan hipertonik (mis; manitol, salin hipertonik) atau larutan onkotik kolid (mis; albumin)
Pemeriksaan Diagnostik
Temuan
laboratorium yang ada dan biasanya takspesifik:
1.
Hematrokrit
: penurunan karena hemodilusi
2.
BUN
:
meningkatkan pada gagal ginjal
3.
Nilai
gas darah arteri (GDA) : Dapat menunjukkan hipoksemia
(penurunan PaO2) dan alkalosis (peningkatan pH dan penurunan PaCO2) pada adanya
edema pulmoner.
4.
Natrium
dan osmolalitas serum : Akan menurun bila terjadi
hipervolemia sebagai akibat dari kelebihan retensi air (mis., pada gagal ginjal
kronis)
5.
Natrium
urine : peningkatan bila ginjal berupaya untuk
mengekskresikan kelebihan natrium. Natrium urine tidak akan meningkat pada
kondisi hiperaldosteronisme sekunder (mis., gagal jantung kongestif, sirosis, sindrom nefrotik) karena
hipervolemia terjadi sekunder terhadap rangsang kronis pada pelepasan
aldosteron.
6.
Berat
jenis urine : Menurun bila ginjal berupaya untuk
mengekskresikan kelebihan volume. Dapat menepat pada 1,010 pada gagal ginjal
akut
7.
Foto
rontgen dada : Dapat menunjukkan tanda kongesti
vascular pulmoner
Penatalaksanaan Kolaboratif
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan
mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat meliputi hal berikut :
1.
Pembatasan
natrium dan air
2.
Diuretik
3.
Dialisis
atau hemofiltrasi arteriovena kontinu : Pada gagal ginjal
atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
Diagnosa
Kelebihan volume cairan yang
berhubungan dengan kelebihan masukan cairan dan natrium atau gangguan mekanisme
pengaturan.
Hasil
yang diharapkan : pasien normovolemik dibuktikan dengan
haluran urine adekuat sedikitnya 30-60 ml/jam, berat jenis urine kira-kira 1,010-1,020, berat badan stabil, dan takada
edema. TD dalam batas normal pasien, CVP 2-6 mm Hg, dan FJ 60-100 dpm. Selain
itu, untuk pasien perawatan kritis TAP adalah 20-30/8-15 mm Hg, TAR 70-105 mm
Hg, dan CJ 4-7 L/mnt.
Kerusakan pertukaran gas yang
berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler sekunder terhadap
kongesti vascular pulmoner yang terjadi pada pertambahan CES.
Hasil
yang diharapkan: pasien mempunyai pertukaran gas
adekuat dibuktikan oleh FP ≤napas/mnt,
FJ ≤100 dpm, dan PaO2 ≥80 mm Hg. Pasien tidak menunjukkan krekles, gallop, atau
indicator klinis lain dari edema pulmoner. Untuk pasien di perawatan kritis,
TAP ≤30/15 m Hg.
Risiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit dan jaringan yang
berhubungan dengan edema sekunder terhadap kelebihan volume cairan.
Hasil
yang diharapkan : kulit pasien tetap bebas dari eritema,
luka, dan ulserasi.
Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga
Beri
pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis tentang hal berikut :
1.
Tanda
dan gejala hipervolemia
2.
Gejala-gejala
yang memerlukan pemberitahuan dokter setelah pulang dari rumah sakit; sesak
nafas, nyeri dada, ketidakteraturan nadi baru.
3.
Diet
rendah garam, bila diprogramkan; gunakan pengganti garam; dan hindari makanan
yang mengandung natrium tinggi
4.
Obat-obatan
: termasuk nama, tujuan, dosis, frekwensi, kewaspadaan dan potensial efek
samping; tanda dan gejala hipokalemia bila pasien mnggunakan diuretik.
5.
Pentingnya
pembatasan cairan bila hipervolemia berlanjut
6. Pentingnya penimbangan berat badan
setiap hari.
Pembentukan Edema
Edema terjadi sebagai akibat dari pertambahan volume
cairan interstisial dan diartikan sebagai bengkak yang dapat teraba dari
ruangan insterstisial yang terlokalisasi (mis., tromboflrbitis pada osbtruksi
vena) atau umum (mis., gagal jantung). Edema umum berat adalah perubahan pada
hemodinamik kapiler memperberat peningkatan pembentukkan atau penurunan
pembuangan cairan interstisial. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler akibat
penambahan volume atau obstruksi vena, atau peningkatan permeabilitas kapiler
karena luka bakar, alergi, atau infeksi, menyebabkan peningkatan volume cairan
interstisial. Retensi natrium dan air oelh ginjal meningkat dan mempertahankan edema umum. Ini
mungkin karena penurunan kemampuan untuk mengekskresikan natrium dan air
(aliran berlebihan) pada gagal ginjal atau peningkatan stimulus pada
penghematan natrium dan air (kurang pengisian). Pada gagal ginjal jantung,
sebagai contoh, kerusakan fungsi jantung menimbulkan penurunan CJ dengan
penurunan SVE, yang pada waktunya merangsang ginjal untuk menyimpan natrium dan
air melalui sistem reninagiotensin.
Pengkajian
Edema umum biasanya merupakan bukti paling nyata
pada area tergantung. Pasien ambulasi akan menunjukkan edema pretibia atau
pergelangan kaki, sedangkan pasien yang terbatas ditempat tidur akan menunjukan
edema sacral. Edema umum juga dapat terjadi disekitar mata (periorbital) atau
pada kantung scrotal karena tekanan jaringan rendah pada area ini.
Penatalaksanaan Kolaboratif
1.
Tindakan
terhadap masalah utama : sebagai contoh, digitalis untuk
pasien dengan gagal jantung kongestif.
2.
Mobilisasi
edema : sebagai contoh, dengan tirah baring dan kaus kaki
penyokong.
3.
Pembatasan
diet natrium dan cairan : selain itu, sumber natrium
tersembunyi (mis., obat-obatan) harus dihindari.
4.
Terapi
diuretik.
5.
Dialisa
atau hemofiltrasi arterivena kontinu : pada gagal ginjal
atau kelebihan beban cairan yang mengancam jiwa.
6. Parasentetis sbdomen :
untuk tindakan asites berat yang secara
menguntungkan mempengaruh fungsi
kardiopulmoner.
Terapi Diuretik
Diuretik mengurangi edema dengan menghambat
reabsorpsi dan natrium dan air oleh ginjal. Diuretic juga dapat menginduksi kehilangan
elektrolit penting lainnya dan mengubah keseimbangan asam-basa. Meskipun
rentesi natrium dan air oleh ginjal dan komponen penting pada pengembangan
edema, tidak semua kondisi edema
memerlukan pengobatan dengan diuretic. Penurunan CES dan perubahan pada
keseimbangan elektrolit disebabkan oleh diuretic mungkin mengganggu.
Komplikasi Terapi Diuretik
1.
Abnormalitas
volume : kekurangan volume karena dieresis berlebihan.
Pantauan pasien terhadap tanda kekurangan valume cairan: pusing, kelemahan,
keletihan, hipotensi postural.
2.
Gangguan
Elektrolit
a.
Hipokalemia
: terjadi karena peningkatan sekresi dan ekskresi kalium oleh ginjal.
b.
Hiperkalemia
: Terjadi karena penurunan sekresi dan ekskresi kalium oleh ginjal. Ini dapat
terjadi dengan diuretik yang bekerja pada tubulus distal akhir.pantuan pasien
terhadap indicator hiperkalemia : peka rangsang, ansietas, kram abdomen,
kelemahan otot (khususnya pada ekstermitas bawah), dan perubahan EKG.
c.
Hiponatremia
: Terjadi karena peningkatan rangsang untuk pelepasan ADH sekunder terhadap
penurunan volume sirkulasi efektif (ingat bahwa ADH hanya mempengaruhi
reabsorpsi dan retensi air). Pantau pasien terhadap indikato hiponatremia :
perangsang, ketakutan, dan pusing.
d.
Hipomagnesemia
: Terjadi karena penurunan reabsorpsi dan peningkatan ekresi magnesium oleh
ginjal. Ini dapat terjadi pada ansa dan diuretic jenis tiazid dan akan
memperberat terjadinya hipokalemia. Pantau pasien terhadap indicator
hipomagnesia : kacau mental, kram, dan disritmia.
3.
Gangguan
asam-basa
a.
Alkalosis
metabolik: Dapat disebabkan oleh ansa dan diuretic jenis
tiazid karena peningkatan sekresi dan ekskresi hydrogen oleh ginjal dan kontraksi
CES di sekitar adanya bikarbonat (kontaksi alkalosis). Pantau pasien terhadap
indikator alkalosis metabolic : kelemahan otot, disritmia, apatis, dan kacau
mental.
b.
Asidosis
metabolik : Dapat terjadi karena peningkatan kehilangan
bikarbonat pada urine dengan asetazolamid. Pantau pasien terhadap indikator
asidosis metabolic : takipnea, kelelahan, kacau mental. Asidosis metabolic juga
terjadi pada diuretic pengikat kalium.
4.
Komplikasi
metabolik lain :
a.
Azotemia
:
ini adalah peningkatan retensi sisa metabolic (mis., urea dan kreatinin) karena
reduksi volume sirkulasi efektif dengan penurunan perfusi ginjal dan penurunan
ekskresi sisa metabolik. Waspadakan dokter terhadap perubahan BUN.
b.
Hiperuresemia
: Terjaid karena peningkatan reabsorpsi dan penurunan ekskresi asam urat oleh
ginjal. Waspadakan dokter terhadap keluhan pasien tentang jenis nyeri gout.
Kondisi ini biasanya hanya masalah pada pasien dengan adanya gout.
Terapi Cairan
Tujuan pemberian cairan IV adalah untuk
mempertahankan atau memulihkan valume cairan normal dan keseimbangan elektrolit
dan untuk memberikan cara pemberian obat-obatan dengan cepat dan efisien.
Perhatian lainnya adalah nutrisi. Sayangnya, cairan IV rutin (mis., larutan
dekstrosa 5%) mengandung hanya kabohidrat yang cukup untuk meminimalkan
kerusakan jaringan dan kelaparan. Bahan ini tidak memberikan kalori dan asam
amino esensial adekuat untuk kebutuhan sintesis jaringan. Lima persen larutan
dekstrosa, sebagai contoh, memberikan hanya 170 kalori perliter, sedangkan
rata-rata pasien tirah baring memerlukan minimal 1500 kalori per hari.pasien
jangan harus dipertahankan cairannya semata-mata pada larutan dektrosa 5% untuk
lebih dari beberapa hari.
Jenis cairan IV yang diresepkan untuk penggantian
atau pemeliharaan volume tergantung pada beberapa faktor, temasuk jenis
kehilangan cairan dan kebutuhan nutrisi pasien, elektrolit serum, osmolalitas
serum, dan keseimbangan asam-basa.
Cairan Intravena yang Umum Diprogramkan
Cairan IV dibagi kedalam dua kategori mayor :
kristaloid dan koloid. Larutan kristaloid
hanya mengandung elektrolit dan glukosa, substansi yang tidak dibatasi pada
ruang intravaskular. Karenanya, larutan ini akan menyebar keseluruh ruang
ekstraseular. Tergantung pada kandungan natriumnya, kristaloid juga dapat
menambah volume cairan intraselular (CIS). NaCl isotonic (0,9%) hanya akan
menambah CES, sedangkan larutan NaCl hipotonik dan dekstrosa dan larutan air
menambah kompartemen cairan. Koloid
adalah larutan yang mengandung sel-sel, protein, atau makro molekul sintetik
yang tidak siap melewati membrane kapiler. Larutan ini tetap didalam ruang
vascular dan, tergantung pada konsentrasi mereka, dapat menyebabkan perpindahan
osmotik cairan dari insterstitium kedalam ruang intravaskular.
Rehidrasi Oral pada Diare Pediatrik
Larutan rehidrasi oral telah dikembangkan untuk
mengatasi kekurangan cairan karena diare, sumber umum dari kehilangan cairan
abnormal pada bayi dan anak kecil. Larutan ini mengandung berbagai jumlah
glukosa, natrium, dan kalium, dan beberapa bentuk buffer. Kensentrasi glukosa
dari larutan rehidrasi oral sangat penting karena keterkaitan glukosa dengan
reabsorpsi natrium dalam usus. Asbsorpsi air dan natrium maksimal diyakini terjadi
pada konsentrasi glukosa 10-35 g/L.
Secara umum cairan tersedia, seperti minuman cola, jahe, dan sari buah apel,
sering diberikan untuk menggantikan kehilangan cairan pada episode diare ringan. Namun ini adalah
pilihan yang buruk untuk penggantian cairan pada diare berat atau lama karena
konsentrasi glukosa tinggi dan elektrolit rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar