WELCOME.. .. ..

KEMARIN ADALAH TRAGEDI, HARI INI ADALAH REALITY DAN BESOK ADALAH MISTERI


Selasa, 23 Juli 2013

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN PONTIANAK ANGKATAN 2010 3B


TAWA CANDA DAN KELUH KESAH YANG AKAN BERAKHIR DENGAN SUATU PERPISAHAN PADA SATU WAKTU YANG BEGITU SINGKAT, SEMUANYA TELAH KITA LEWATI.. .. .. SUATU SAAT NANTI JIKA KESUKSESAN MENGHAMPIRI, INGATLAH BAHWA DAHULU KITA TAK KAN PERNAH SENDIRI, INGAT PULA SAAT KITA SEMUA BERSAMA.. .. .. MAAFKAN SEMUA KESALAHAN MULAI DARI YANG TERKECIL DAN BAHKAN YANG FATAL SEKALIPUN, KARNA KITA AKAN MENJALANI HIDUP DAN PROFESI KITA MASING-MASING DI TEMPAT YANG BERBEDA.. .. .. ^_^

082251212008

Rabu, 03 Juli 2013

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN : MIOKARD INFARK ( MCI )


LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN : MIOKARD INFARK
A. KONSEP DASAR MEDIK
1.      Definisi
Miokard infark adalah kematian jaringan otot jantung karena adanya penghentian aliran darah dan oksigen pada otot jantung yang terjadi akibat sumbatan arteri koronaria dan cabang-cabangnya.
Miokard infark merupakan blok total yang mendadak dari arteri oroner besar dan  cabang-cabangnya.

2.      Anatomi Fisiologi
Struktur Dasar Jantung
Jantung merupakan organ kecil (kira-kira sebesar genggaman tangan) terletak ditengah-tengah sedikit ke sebelah kiri mediastinum dan sebagian tertutup paru-paru. Jantung melebar disebelah bagian atas (base) dibandingkan dengan sebelah bawahnya (apex) dan terletak didalam dada dengan ujung yang tumpul dari apex menonjol ke depan sebelah kiri. Bagian bawah jantung terletak di atas diapraghma.
Terdapat tiga lapisan jaringan jantung : pericardium ( lapisan luar dari jantung), miokardium ( lapisan tengah dari jantung, terdiri dari otot berserat yang bertanggung jawab atas kontraksi jantung ), endokardium ( lapisan dalam dari jantung terdiri dari lapisan jaringan endotel, melapisi sebelah dalam dari bilik-bilik dan katup-katup jantung )
Bilik-Bilik
Jantung dibagi dua oleh otot yang menjadi septum. Tiap belahan mempunyai bilik penampung ( atrium/ serambi ) dan ruangan bawah ( ventrikel ) untuk memompa. Darah vena yang miskin oksigen masuk ke atrium kanan, mengalir dari atrium kanan dan dipompakan melalui arteri pulmonalis ke paru-paru. Darah yang kaya oksigen kembali dari paru-paru ke atrium kiri dan masuk ke dalam ventrikel kiri dan didorong masuk ke dalam aorta untuk distribusi ke jaringan-jaringan perifer.
Beban keseluruhan dari ventrikel kanan jauh lebih ringan daripada ventrikel kiri, karena system paru-paru merupakan system tekanan darah. Dinding bilik sebelah kiri terdiri dari dinding yang tebal karena harus bekontraksi terhadap tekanan tinggi dari system sirkulasi, mengantarkan darah ke jaringan perifer.
Katup-katup jantung
Katup trikuspidalis : terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan.
Katup bikuspidalis : terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri (katup mitral)
Katup pulmonal (semilunaris aorta) : terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
Katup aorta (semilunaris aorta ) : terletak antara ventrikel kiri dan aorta asendens.
Berfungsi mempertahankan aliran darah melalui ke empat bagian jantung dengan satu arah yang tetap.
Arteri koronaria
Arteri koronaria keluar mulai dari permukaan aorta sebelah kanan dekat katup aorta. Fungsi dari system arteri koronaria adalah untuk memberi darah kepada miokardium.
Terdapat dua arteri koronaria utama, kiri dan kanan.
Arteri koronaria kiri mensuplai belahan jantung kiri yang akan terbagi dua menjadi cabang : Left anterior descending (LAD)/ cabang anterior yang menurun dan the circumflex coronary (CCA)/ arteri koronaria yang melingkar. Arteri koronaria kanan mensuplai darah kepada belahan jantung kanan. Hanya terdapat sedikit sambungan diantara arteri koronaria utama, karena itu bila terjadi sumbatan arteri koronaria atau salah satu cabangnya akan menghilangkan aliran darah (iskemia) kepada bagian otot jantung yang mendapat suplai oleh pembuluh itu dan berakibat angina pectoris atau infark miokardial.

Siklus kardiak
Siklus kardiak mempunyai dua fase, diastolic dan sistolik, relaksasi dan pengisian kedua bilik terjadi pada saat diastolic. Kontraksi dan pengosongan terjadi pada saat sistolik.
Kardiak output (curah jantung)
Jumlah darah yang didorong dari ventrikel kiri ke aorta per menit disebut cardiac output (CO). CO sama dengan stroke volume (SV) / volume dorongan (volume darah yang didorong  dari ventrikel kiri pada setiap kontraksi) dikalikan dengan Heart rate (HR/ jumlah denyutan jantung per menit).
CO pada orang dewasa rata-rata 5,6 L/min. walaupun pada gerakan yang kuat CO bisa mencapai 20 sampai 25 L/min.
Pengendalian stroke volume
Tiga faktor yang mempengaruhi stroke volume dan cardiac outputyaitu preload, kontraktilitas dan afterload.
Hukum starling dari jantung menyatakan bahwa serabut myocardial memberi jawaban dengan kontraksi yang kuat bila regang. Serabut-serabut myocardial dapat meentang oleh volume darah yang masuk ke ventrikel pada saat diastolic. Tingkat merentang dari myocardial sebelum kontraksi dinyatakan dengan terminology preload. Preload berhubungan dengan volume darah yang mengembangkan ventrikel pada akhir diastolic. Keadaan ini ditentukan oleh jumlah pengembalian vena dan fraksi dorongan. Rentangan yang terlalu besar dari serabut myocardial akan bersamaan pula menimbulkan penurunan cardiac output melalui pengurangan stroke volume.
Kontraktilitas berkaitan dengan perubahan status kekuatan berkontraksi dari otot tanpa perubahan kepanjangan serabut myocardial atau preload. Kontraktilitas dapat bertambah oleh stimulus simphatetic atau karena pemakaian bahan seperti kalsium atau epinephrine. Peningkatan kontraktilitas meningkatkan daya pengosongan ventrikulerpada waktu sistolik maka terjadi peningkatan stroke volume.
Tekanan ventrikuler juga merupakan bagian dari besarnya ventrikuler. Pemekaran dari ventrikuler berakubat kepada peningkatan volume ventrikuler juga meningkatkan tekanan ventrikuler dan meningkatkan afterload. Peningkatan yang terlalu besar dari afterload dapat mengganggu daya pengosongan ventrikuler, menurunkan stroke volume dan cardiac output.
 
3.      Etiologi
-   Hampir 98-99% miokard infark disebabkan oleh aterosklerosis koroner (pembentukan plaq yang terjadi pada arteri koroner terganggu dan menyebabkan iskemia)
-   Secara teoritis miokard infark disebabkan:
1)      Peningkatan tekanan darah sistemik yang mengelola terjadinya sclerosis dan pecahnya trombosit
2)      Peningkatan tonus vaskuler menyebabkan aliran darah lambat
3)      Kadar katekolamin yang meningkat menyebabkan agregasi trombosit
4)      Peningkatan aktifitas fibrinolitik menyebabkan tingkat pembekuan meningkat

4.      Patofisiologi
Miokard infark biasanya disebabkan oleh aterosklerosis yang menyebabkan kerusakan lapisan intima dan terjadi adhesi trombosit yang dapat membentuk thrombus sehingga pembuluh darah menjadi sempit, menyebabkan peningkatan tonus vaskuler dan menurunkan aliran darah sedangkan kebutuhan oksigen dan nutrient berlanjut. Kerja serupa dari pemompaan darah harus diselesaikan dengan ketersediaan oksigen dan energi yang sedikit. Jaringan yang tergantung pada suplai darah menjadi iskemik. Metabolisme anaerobic dapat memberikan hanya 6% dari energi total yang diperlukan. Ambilan glukosa oleh sel sangat meningkat saat simpanan glikogen dan adenosine trifosfat berkurang. Kalium dengan cepat bergerak keluar dari sel miocard selama iskemia. Asdosis selular terjadi yang selanjutnya mengganggu metabolisme selular, jika berlanjut terus menerus dapat menyebabkan miokard infark.

5.      Tanda dan gejala
Tanda dan gejala Miokard Infark yaitu :
-   Nyeri dada retrosternal menjalar ke lengan, bahu, leher, rahang, punggung dan epigastrium
-   Nyeri seperti diremas, ditekan, ditusuk, tertindih benda berat atau terasa panas
-   Disertai mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar, syncope
-   Tachikardi, pucat, dingin, hipotensi pada kasus berat
-   Dapat ditemukan irama Gallop arterial (S4) yang menunjukkan disfungsi ventrikel

6.      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penyakit Miokard Infark yaitu:
-   Enzim-enzim jantung
1)      Kreatine Kinase Miokardial Bond (CKMB) meningkat 2-3 jam, memuncak dalam 10-12 jam, kembali normal dalam 3-4 hari
2)      Laktat Dehidrogenese (LDH) meningkat 24-48 jam membengkak pada hari ke 3 sampai ke 6 kembali normal dalam 8-14 hari
3)      Serum Glutamik Oksaloasetik Transminase (SGOT) meningkat dalam 8-12 jam memuncak dalam 36 jam kembali normal dalam 3-4 hari
-   Elektrolit : ketidakseimbangan elektrolit dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas miokard
-   Kolesterol / trigliserida meningkat, menunjukkan aterosklerosis penyebab miokard infark
-   Foto thorax : mungin normal atau perbesaran jantung
-   Angiografi koroner : menggambarkan sumbatan atau penyempitan arteri koroner
-   Nuclear Magnetic Resonance (NMR) : memungkinkan visualisasi aliran darah, katip, lesivaskuler, pembentukan plaq dan area infark
-   Electrokardiogram

7.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang diberikan pada pasien Miokard Infark, yaitu
-   Pengendalian nyeri
-   Diet rendah garam dan lemak
-   Meminimalkan beban kerja jantung
-   Oksigenasi
-   Therapy antikoagulan
-   Therapy trombolitik

8.      Komplikasi
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada miokard infark, yaitu
-   Syok kardiogenik
-   Gagal jantung kiri
-   Emboli dan infark paru
-   Emboli arteri sistemik
-   Sumbatan pembuluh darah otak
-   Rupture jantung


B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.      Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-   Riwayat keluarga dengan penyakit jantung
-   Riwayat miokard infark sebelumnya, hypertensi, DM, hiperkolesterol, angina pectoris, penggunaan kontrasepsi oral
-   Nyeri seperti ditusuk, diremas, ditindih benda beratpada lengan, bahu, leher, punggung, rahang
-   Riwayat merokok, stress, pola makan
-   Gejala yang menyertai : mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar
b.      Pola nutrisi metabolic
-   Adanya mual, muntah
c.      Pola eliminasi
-   Kadang-kadang konstipasi
d.     Pola aktifitas dan latihan
-   Mudah lelah dan sesak bila beraktifitas
-   Lemah
e.      Pola tidur dan istirahat
-   Kesulitan untuk tidur, sering terbangun bila nyeri dada


f.       Pola kognitif dan sensori
-   Kurang kontak mata
-   Nyeri dada

2.      Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan
Dp 1. Nyeri dada yang berhubungan dengan penurunan aliran darah/ iskemia miocard.
Tujuan : Nyeri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
-   Pasien menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol
-   Pasien tampak rileks dan tenang
-   Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1.        Kaji tingkat nyeri pasien meliputi lokasi, intensitas, lamanya, frekuensi, kualitas dan penyebaran
R/ : nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien
2.        monitor tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah) dan EKG tiap 2-4 jam
R/ : mendeteksi kelainan dini untuk menentukan intervensi lanjut


3.        Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
R/ : mengurangi rasa cemas pasien dan membuat pasien/keluarga lebih kooperatif
4.        Instruksikan pasien untuk segera melaporkan jika ada keluhan nyeri
R/ : intervensi dini dapat mencegah iskemia lebih lanjut
5.        Instruksikan pasien untuk istirahat selama nyeri
R/ : meminimalkan konsumsi oksigen
6.        Pertahankan lingkungan yang tenang
R/ : stimulasi lingkungan dapat meningkatkan kerja miokard dan meningkatkan nyeri
7.        Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi nafas dalam, perilaku distraksi dan visualisasi
R/ : membantu dalam penurunan persepsi nyeri dan memberikan control situasi
8.        kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian oksigen dan analgesic
R/ : membantu meningkatkan suplai oksigen. Analgetik menurunkan ambang rasa nyeri, narkotik memberikan efek ketenangan.

Dp 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas miokard
Tujuan : Pasien menunjukkan hemodinamik yang stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
-   pasien melaporkan penurunan episode dispnea, nyeri dada
-   tanda-tanda vital dalam batas normal
-   tidak ada disritmia dan sianosis
-   kulit hangat  dan tidak pucat
Intervensi :
1.        Kaji tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah) dan keadaan umum pasien
R/ : penurunan tanda-tanda vital, dispnea, penurunan kesadaran, sianosis menunjukkan tanda-tanda penurunan curah jantung.
2.        Monitor frekuensi dan irama jantung, catat disritmia
R/ : frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktifitas sesuai dengan terjadinya komplikasi (disritmia yang mempengaruhi fungsi jantung)
3.        Monitor perubahan irama / pola EKG
R/ : memberikan informasi yang berhubungan dengan kemajuan/perbaikan infark, status fungsi ventrikel, keseimbangan elektrolit dan efek therapy obat
4.        Beri oksigen sesuai kebutuhan
R/ : Meningkatkan suplai oksigen dan mencegah hipoksemia
5.        Pantau data laboratorium (enzim jantung, AGD, elektrolit)
R/ : enzim memantau perbaikan/perluasan infark, hypoxia menunjukkan kebutuhan tambahan oksigen, hipo/hiper kalium berpengaruh terhadap kontraktilitas/irama jantung
6.        Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian therapy diuretic, vasopresor
R/ : meningkatkan kontraksi jantung

Dp 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan iskemik jaringan miokard
Tujuan : aktifitas pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
-   Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktifitas
-   Frekuensi dan irama jantung serta tekanan darah dalam batas normal
-   Tidak ada keluhan angina selama pemberian obat
Intervensi :
1.        Observasi frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah sebelum, selama dan sesudah aktifitas sesuai indikasi
R/ : kecenderungan menentukan respon pasien terhadap aktifitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard yang memerlukan penurunan tingkat aktifitas , perubahan program pengobatan, penggunaan oksigen tambahan
2.        Batasi aktifitas dan anjurkan pasien untuk bedrest ditempat tidur
R/ : menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi (contoh : perluasan infark)
3.        Jelaskan pada pasien untuk mobilisasi bertahap contohnya bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
R/ : aktifitas yang maju memberi control jantung, meningkatkan regangan dan aktifitas yang berlebihan
4.        Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktifitas dan laporkan pada perawat
R/ : palpitasi nadi tidak teratur, nyeri dada, atau dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan program latihan/aktifitas atau pengobatan.
5.        Anjurkan pasien menghindari tekanan abdomen contohnya mengejan saat defekasi
R/ : aktifitas yang memerlukan menahan nafas atau menunduk dapat menurunkan curah jantung dan tachikardi dengan peningkatan tekanan darah
6.        Batasi pengunjung dan ciptakan lingkungan yang tenang 
R/ : mengurangi rangsangan yang menimbulkan nyeri dada

Dp 4. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitas pada pasca infark
Tujuan : pasien dapat BAB normal setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
-   Pasien melaporkan perbaikan pola BAB
-   Konsistensi feses normal
-   Pasien ada BAB minimal 1X sehari
Intervensi :
1.        Kaji pola, frekuensi BAB
R/ : diperlukan untuk menentukan intervensi selanjutnya
2.        Berikan makanan yang melunakkan tinja
R/ : mencegah konstipasi dan mengurangi mobilitas
3.        Anjurkan pasien untuk menghindari mengedan
R/ : aktifitas mengedan dapat menurunkan curah jantung
4.        Anjurkan pasien untuk banyak mengonsumsi air putih
R/ : banyak minum dapat membantu melunakkan tinja
5.        Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
R/ : membantu mengencerkan feses

Dp 5. Kurang pembelajaran berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit jantung dan perubahan pola hidup
Tujuan : pengetahuan pasien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
-   Pasien menyatakan pemahaman mengenai proses penyakit, rencana pengobatan, tujuan pengobatan dan efek samping
Intervensi :
1.        Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ : diperlukan untuk menentukan intervensi lebih lanjut
2.        Beri penjelasan faktor resiko, pembatasan diet/ aktifitas, obat dan gejala yang memerlukan perhatian medis yang cepat
R/ : memberikan kesempatan pada pasien untuk mencakup informasi dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi
3.        Dorong pasien untuk mengidentifikasikan/ menurunkan faktor resiko individu seperti merokok/konsumsi alcohol, kegemukan
R/ : karena faktor ini dapat mengganggu penyembuhan, meningkatkan resiko terhadap komplikasi
4.        Peringatkan pasien untuk menghindari mengejan
R/ : Aktifitas ini dapat meningkatkan kerja jantung sehingga dapat menurunkan kontraktilitas/curah jantung
5.        anjurkan pasien untuk melakukan aktifitas secara bertahap
R/ : bertahap meningkatkan aktifitas memberikan kekuatan dan mencegah latihan yang terlalu melelahkan dan memungkinkan kembalinya pola hidup normal
6.        Tekankan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada, atau terjadi gejala lain
R/ : intevensi untuk mencegah kompikasi


DAFTAR PUSTAKA
Barbara CL. 1996. Essential of Medicial-Surgical Nursing, A Nursing Process Approah. The Mosby Company St. Louis: USA.
Boedhi, Darmojo. 1999. Buku Ajar Geriatri (Kesehatan Usia Lanjut), Edisi ke 2. EGC: Jakarta.
Brunner & Suddart. 2001. Textbook of Medicial Surgical Nursing, Editon 9. Lippincoot.
Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta.
Price, Sylvia A and Lorink Willson. Pathofisiologi: Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. EGC : Jakarta.