WELCOME.. .. ..

KEMARIN ADALAH TRAGEDI, HARI INI ADALAH REALITY DAN BESOK ADALAH MISTERI


Minggu, 26 Desember 2010

Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan: Sebuah Pengantar


Definisi Manajemen Dan Kepemimpinan
Ada sebuah gambaran yang sangat menarik dan sangat sederhana dari definisi manajemen dan kepemimpinan, yaitu:
Manajemen
berarti tangan yang berasal dari kata manage, mengatur; sedangkan
Kepemimpinan
berarti kaki yang berasal dari kata lead, mengarahkan.
Definisi lain yang tidak kalah menarik adalah:
Manajemen
berarti how to do the thing right (bagaimana melakukan sesuatu dengan benar); sedangkan
Kepemimpinan
berarti how to do the right thing (bagaimana melakukan sesuatu yang benar).
Manajemen dan kepemimpinan adalah 2 hal yang tidak mungkin dipisahkan. Keduanya sama-sama diperlukan dalam proses pencapaian sesuatu.
Teori Manajemen Dan Kepemimpinan
Ada berbagai macam teori manajemen dan kepemimpinan yang dikenal saat ini, namun yang paling sederhana adalah teori yang dimunculkan oleh McGregor yang sering disebut dengan istilah “Teori X” dan “Teori Y”.
Teori X
menyatakan bahwa pada dasarnya bekerja adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, kebanyakan orang tidak ambisius dan cenderung memilih untuk diarahkan. Teori X sering dihubungkan dengan istilah Punishment (hukuman). Sedangkan Teori YReward (hadiah). menyatakan bahwa pada dasarnya bekerja adalah sama dengan bermain sehingga tampak selalu menyenangkan, kebanyakan orang termotivasi dan cenderung kreatif jika dimotivasi dengan baik. Teori Y sering dihubungkan dengan istilah
Proses Manajemen
Proses manajemen yang paling dikenal saat ini sering disebut dengan istilah POAC, yaitu:
Planning
Organizing
Actuating
Controlling

Sedangkan Henry Fayol memperkenalkan proses manajemen yang lebih lengkap yang sering disebut dengan istilah POSDCORB, yaitu:
Planning
Organizing
Staffing
Directing
Coordinating
Reporting
Budgetting
Secara umum kedua konsep diatas hampir sama fungsinya, dan akan sangat baik seandainya keduanya bisa disinergikan.
Gaya Kepemimpinan
Gaya merupakan pendekatan atau cara yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam berbagai situasi. Gaya yang digunakan pemimpin menentukan efektifitas dalam sebuah organisasi. Ada berbagai macam gaya kepemimpinan mulai dari yang memiliki kontrol penuh sampai kebebasan yang ekstrem. Ada 3 gaya kepemimpinan yang umum dikenal, yaitu:
Gaya Autokratik
Pemimpin autokratik adalah pemimpin yang focus utamanya adalah pencapaian tujuan. Hal ini menjadikan pemimpin autokratik menjadi sangat detail dalam membuat perincian dan hanya mengembangkan komunikasi satu arah. Pemimpin autokratik sering bersikap kaku dan dominan.
Kepemimpinan autokratik efektif jika digunakan untuk memimpin staf baru keperawatan untuk lebih produktif.
Gaya Dekomkrasi
Pemimpin demokratis lebih berfokus pada proses memberikan kebebasan para staf untuk mengontrol dan berpartisipasi pada pengambilan keputusan. Kepemimpinan demokratis tidak hanya memfasilitasi pencapaian tujuan, namun juga pertumbuhan nilai masing-masing staf.
Kepemimpinan Demokratis efektif jika digunakan pada staf keperawatan yang sudah matang, yang bekerja dengan baik dalam suatu kelompok.
Gaya Laissez-Faire
Pemimpin Laissez-Faire sering disebut dengan istilah pemimpin yang permisif atau ‘gaya bebas’ Tipe pemimpin Laissez-Faire sering melepaskan kendali sepenuhnya dan memilih untuk menghindari tanggung jawab dengan melimpahkan seluruh pengambilan keputusan pada kelompok.
Kepemimpinan Laissez-Faire efektif jika digunakan pada kelompok professional yang memiliki motivasi yang tinggi.
Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Kompleksitas kerja dan situasi dalam keperawatan membuat manajemen dan kepemimpinan menjadi sangat penting. Tim keperawatan menjadi efektif jika dipimpin oleh pemimpin dan manajer yang efektif.
Kapan perawat bisa menjadi pemimpin dan manajer yang efektif?
Ketika seorang perawat mampu memimpin dirinya sendiri. Memimpin diri sendiri kedengarannya sederhana, namun tidak mudah. Memimpin diri sendiri diperlukan seperangkat pondasi utama yang ternyata ada dalam batu bata pembangun kecerdasan emosional (Baca: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional: Modal Dasar Perawat Profesional)
Namun betappapun sulitnya memimpin diri sendiri, itu semua bisa dipelajari. Jika perawat sungguh-sungguh untuk selalu meningkatkan kualitas diri sendiri, maka memimpin diri sendiri adalah hal kecil dan mudah dilakukan.

kanker

Deteksi Dini Kanker

Sekitar 30% kematian akibat kanker dapat dicegah apabila terdeteksi dan diobati sejak awal.Tujuan deteksi dini adalah mendeteksi keberadaan sel kanker sebelum mengalami penyebaran. Deteksi dini dapat dilakukan dengan memerhatikan gejala-gejala awal penyakit kanker, seperti batuk yang menetap, gangguan pencernaan yang menetap, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan perdarahan dari lubang-lubang tubuh. Selain itu, dapat pula melakukan screening untuk mengidentifikasi kanker sejak awal, seperti mamografi untuk kanker payudara dan papsmear untuk kanker serviks (kanker leher rahim). Beberapa kanker yang dapat dideteksi secara dini antara lain kanker payudara, serviks, prostat, dan kolorektal. Namun, tidak semua jenis kanker dapat dideteksi secara dini.
1. Deteksi Dini Kanker Payudara
— Mengetahui kondisi normal payudara, lakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan segera periksa jika ada kelainan, seperti adanya benjolan, payudara asimetris, atau adanya cairan puting susu yang bernoda darah. Test mamografi setiap tahun sejak umur 40 tahun. Perempuan dengan riwayat keluarga penderita kanker payudara dan rahim, disarankan rutin menjalani pemeriksaan medis.
2. Deteksi Dini Kanker Serviks
Waspadai keputihan yang berlebihan dan mengalami perdarahan setelah berhubungan seks. Deteksi dimulai kurang lebih 3 tahun setelah wanita melakukan hubungan seks yang pertama. Test papsmear setiap tahun atau tes cairan vagina setiap 2 tahun. Wanita di atas 70 tahun yang memiliki basil papsmear normal selama 10 tahun terakhir boleh menghentikan screening kanker serviks. Wanita yang telah menjalani hysterectomi total dengan pengangkatan leher rahim, tidak perlu melakukan screening kanker serviks lagi.
3. Deteksi Kanker Prostat
Terjadi kesulitan buang air kecil dalam jangka waktu yang lama dan meningkatnya frekuensi buang air kecil pada malam hari. Tes PSA (Prostate-Specific Antigen) dan DRE (Digital Rectal Examination) dilakukan setiap tahun mulai usia 50 tahun. Laki-laki dengan risiko tinggi dan riwayat keluarga penderita kanker prostat, sebaiknya memulai deteksi sejak usia 45 tahun.
4. Deteksi Dini Kanker Kolorektal
Gejala dini kanker kolorektal yang terlihat adalah perubahan kebiasaan makan, berat badan terus turun, anemia, dan adanya darah pada feses. Sejak usia 50 tahun pria dan wanita dianjurkan menjalani salah satu pemeriksaan berikut.:
- Flexible sigmoidoscopy setiap 5 tahun.
- Colonoscopy setiap 10 tahun.
- Fecal Occult Blood Test (FOBT) atau Fecal Immunochernical Test (FIT) setiap tahun.

Selasa, 21 Desember 2010

DIARE






BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.

I.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mendapatkan gambaran epidemiologi, distribusi, frekuensi, determinan, isu dan program penanganan penyakit diare.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.

II.2. Jenis-jenis Diare
Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.
Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007)

II.3. Penyebab
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.
Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus. Konkretnya, kasus diare berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air bersih, dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya kasus diare. Fakta yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal di kawasan kurang bersih dan tidak sehat.
Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai yang jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas airnya tak bisa digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat banyak karena menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia yang meracuni tubuh. Masalah perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya, mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan mengandung bibit penyakit. Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.

II.4. Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:
- Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
- Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
- Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.
- Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

II.5. Tanda dan Gejala
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
- Muntah
- Badan lesu atau lemah
- Panas
- Tidak nafsu makan
- Darah dan lendir dalam kotoran

II.6. Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat penderita diare terlambat ditangani.

II.7. Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

II.8. Pertolongan Pertama
Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu segera dilakukan:
1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula garam. Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang lambung, serta makanan ekstra yang bergizi sesudah muntaber.
3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak berhenti dalam sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan, tidak dapat minum atau makan, demam tinggi, penderita lemas sekali serta terdapat darah dalam tinja.


BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Sekitar 80% kematian karena diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, nomer 3 bagi bayi, serta nomor 5 bagi semua umur.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).

III.2. Saran
Berdasarkan data-data diatas, maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan penyakit diare sebagai penyumbang penyebab tertinggi kedua kematian anak, sehingga semua pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat diare demi peningkatan kualitas anak.



DAFTAR PUSTAKA

http://www.medicastore.com/
Mansjoer, Arif dkk.2000.Kapita Selekta Edisi Jilid 4.Jakarta:Media Aescalapius FKUI
http://www.google.co.id/m/search?mrestrict-mobile&eosr-on&ct-fsh&q-Makalah+diare